Ratusan warga di Pekon Way Sindi, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat, meminta pemerintah daerah turun tangan memperhatikan nasib para perajin tapis. Hingga kini, belum ada perhatian serius dari pemerintah dalam membantu memasarkan produk budaya khas Lampung tersebut ke pasar yang lebih luas.
Para perajin tapis mengeluhkan minimnya konsumen yang berminat membeli kain tapis, padahal produk ini merupakan salah satu simbol kebanggaan adat dan budaya masyarakat Lampung yang seharusnya dilestarikan secara turun-temurun. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah dalam promosi dan pemasaran turut memperparah kondisi perajin yang semakin terdesak.
Ketua Kelompok Perajin Tapis Batin Angkat Jaman, Nur Fatimah, mengatakan bahwa mayoritas perajin saat ini hanya bisa menenun tapis jika ada pesanan dari konsumen. Namun, ketika tidak ada pesanan masuk, para perajin tidak memiliki pekerjaan dan hasil karya mereka pun tidak terserap pasar.
“Padahal kami siap melakukan produksi massal jika ada wadah pemasaran yang jelas dan terfasilitasi. Tapi kenyataannya sampai sekarang, dukungan dari pemerintah nyaris tidak ada,” ungkap Nur Fatimah.
Selain minimnya akses pasar, para perajin juga dihadapkan dengan permasalahan klasik: keterbatasan bahan baku dan modal produksi. Mereka berharap pemerintah tidak hanya membantu dari sisi promosi, tetapi juga memberikan dukungan konkret berupa subsidi bahan baku dan akses permodalan usaha. Dengan begitu, perajin tapis bisa lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas produksinya.
Sekretaris Desa Pekon Way Sindi, Ali Imron, menjelaskan bahwa saat ini terdapat lebih dari 200 warga yang menggantungkan hidupnya dari kerajinan tapis. Namun hampir semua mengalami hambatan serupa: sulitnya memasarkan produk mereka.
“Pemerintah daerah seharusnya hadir memberikan solusi. Ini bukan hanya tentang ekonomi masyarakat, tapi juga soal menjaga warisan budaya Lampung,” kata Ali. Ia berharap ada langkah nyata dari Pemkab Pesisir Barat untuk mendengar keluhan masyarakat, memfasilitasi pelatihan, akses pasar, serta bantuan bahan dan modal agar kerajinan tapis bisa kembali berjaya di tengah arus modernisasi. (*)